Saturday, July 30, 2016

Stress Sebagai Penyebab Merokok - Terbukti !


Merokok itu jantan! Merokok itu gaul!

Kalau ABG (Anak Baru Gede) yang ditanya, ada kemungkinan mereka akan menjawab seperti itu. Jantan, gaul, keren, dan sejenisnya.

Biasanya memang begitu awal seseorang kecanduan merokok.

Tetapi.

Kalau yang ditanya seseorang yang mulai kecanduan merokok pada saat usianya sudah mencapai 34 tahun, tentu jawabannya tidak akan sama.

Orang dengan usia cukup matang seperti itu tidak akan lagi terusik dengan slogan keren, jantan, gaul. Logika berpikirnya sudah berbeda dengan para ABG.

Ia pasti sudah tidak lagi terusik untuk menjadi terlihat macho karena sudah mengetahui mengenai berbagai keburukan merokok.

Lalu apa yang menjadi pendorong orang seperti itu memutuskan untuk merokok, dan kemudian kecanduan.

Stress!

Rokok bukan sesuatu yang baru dalam kehidupan saya, kedua orangtua saya perokok. Mereka bisa menghabiskan 1-2 bungkus setiap harinya.

Seharusnya, kalau menurut teori, maka anaknya pun cenderung menjadi seorang perokok. Tetapi, kenyataan tidak selalu deperti teori. Saya tetap bukan seorang perokok sampai usia 34 tahun.

Meskipun demikian, ketika masih ABG, remaja, sempat daya beberapa kali mencoba mengisap sebatang, dua batang karena ingin tahu. Juga untuk, sedikit terlihat macho dan gaul saat itu. Walaupun begitu, pada akhirnya saya tetap tidak merokok.

Situasi berubah setelah menikah dan memiliki anak.

Perusahaan tempat saya mencari nafkah goncang karena perseteruan antar pemilik saham. Gosip tentang perusahaan akan segera ditutup menimbulkan tekanan tersendiri.

Bukan sekedar pusing karena banyak sekali anak buah yang mempertanyakan bagaimana nasib mereka, juga kekhawatiran akan masa depan keluarga memberikan sebuah tekanan yang luar biasa berat.

Situasi yang membuat kepala sering terasa ingin meledak.

Di saat itulah, dengan alasan mencari pelepasan, saya mulai mengenal kembali yang namanya rokok.

Bukan karena ingin mencari kebahagiaan yang katanya ditimbulkan oleh zat dalam tembakau. Bukan pula karena ingin terlihat gaya. Pertemuan kembali dengan kegiatan merokok dimulai dari mencari katup yang bisa melepaskan uap stress keluar agar tidak memberatkan hati dan kepala.

Manjur atau tidaknya, bisa diperdebatkan. Silakan kalau Anda mau, tetapi itulah pandangan yang mengawali kehidupan saya sebagai perokok. Untuk melepas stress.

Hingga akhirnya, rokok menjadi bagian dari kehidupan saya hingga saat ini, sebelas tahun kemudian.

Dari sini, saya berkesimpulan bahwa stress, depresi, tekanan adalah sebuah pintu masuk bagi rokok dalam kehidupan.

Di saat tekanan kehidupan datang dan dirasa terlalu berat, setiap manusia akan melakukan segalanya untuk menguranginya. Rasanya berat dan menyakitkan, oleh karena itu manusia akan memilih caranya sendiri untuk membuka katup pelepas agar tidak meledak.

Salah satu cara termudah dengan ketersediaan yang sangat banyak di Indonesia adalah dengan merokok.

Rokok merupakan pilihan yang paling gampang untuk didapat. Resikonya pun tidak sebesar narkoba dan zat psikotropika lainnya.

Itulah asal muasal saya menjadi seorang perokok.

Pengalaman sendiri ini membuktikan satu hal. Stress merupakan salah satu penyebab merokok.

Artikel ini dibuat dengan harapan, siapapun Anda, untuk mewaspadai perasaaan tertekan atau stress yang sudah pasti hadir selama kita hidup. Perasaan ini merupakan sebuah pintu masuk bagi rokok untuk menelusup ke dalam kehidupan kita.

Bila Anda sedang merasa tertekan, cobalah temukan sesuatu yang lain. Rokok bisa membawa efek jangka panjang berupa kecanduan yang sulit dihentikan.

Itu yang sedang saya alami sekarang.



Artikel Terkait

This Is The Oldest Page

1 comments so far

Saya juga lagi punya tekanan , dan berpikir untuk merokok, tapi saya selalu berpikiran ttg penyakit dimasa mendatang , dan sampai detik ini saya tidak merokok . Thx to god lah ya , hehe


EmoticonEmoticon