Apa perasaan yang timbul ketika mengetahui kalau anak anda merokok juga seperti ayah atau ibunya? Tindakan apa yang akan diambil?
Pertanyaan konyol?
Tidak juga justru sangat logis mengingat perkembangan dewasa ini. Pergaulan di tingkat anak-anak berkembang sedemikian rupa sehingga terkadang seperti lepas dari kontrol para orangtua.
Merokok adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi di kalangan remaja, bahkan anak-anak sekalipun. Atas dasar alasan inilah, pemerintah berniat menaikkan cukai untuk rokok agar harganya menjadi semakin tak terjangkau, paling tidak untuk anak-anak dan remaja.
Meningkatnya jumlah perokok pemula berusia muda memang menimbulkan kecemasan tidak terkira di kalangan orangtua. Termasuk saya, yang notabene masih seorang perokok, hingga tulisan ini dibuat.
Curang yah, saya yang seorang perokok ternyata khawatir dan sepertinya tidak mau kalau anak saya sendiri merokok.
Tak apalah. Silakan saja menyebut saya curang. Bagaimanapun, saya selain seorang perokok juga tetap orangtua dari seorang anak yang sedang beranjak remaja. Tugas dan wewenang saya adalah melindunginya dari berbagai hal yang mungkin merugikan bagi dirinya hingga saatnya ia bisa menentukan jalan hidupnya sendiri.
Apakah rokok termasuk bisa merugikan?
Perokok tidak bodoh. Mereka menyadari banyak keburukan yang bisa ditimbulkan akibat kebiasaan merokok, terutama dalam hal kesehatan. Itu sangat disadari.
Jadi, untuk sementara ini, saya tetap ikut dalam rombongan orangtua untuk ikut khawatir terhadap kemungkinan rokok memasuki kehidupan si bocah kesayangan terlalu dini.
Kata terakhir saya tebalkan karena hal itu akan menjelaskan tentang apa yang akan saya lakukan kalau anak kesayangan saya ternyata ketahuan merokok.
1) Kalau terjadi saat sekarang
Kalau ia merokok sekarang saat usianya masih di bawah 18 tahun, maka yang akan saya lakukan adalah menegurnya. Ya menegurnya.
Kemungkinan besar, sama dengan yang akan Anda katakan, bahwa saya berbuat curang karena saya juga seorang perokok.
Tidak apa. Resiko yang harus diterima.
Justru dari situ, saya akan menjelaskan bahwa rokok itu berbahaya bagi kesehatannya. Merokok akan bisa membuat kesehatannya terganggu dan kalau tergganggu, maka masa depannya bisa terancam.
Lagipula, peraturan hukum, PP no 109/2012 menempatkan anak-anak sebagai mereka yang harus dilindungi dari bahan-bahan adiktif dimana rokok adalah salah satunya. Siapapun dilarang menjual dan memberikan secara cuma-cuma rokok kepada anak di bawah usia 18 tahun. Jadi, sesuai aturan, maka seorang anak tidak diperkenankan merokok. Ingat ya, menjadi perokok tidak membuat seseorang menjadi tidak tahu aturan.
Belum ditambah dengan kenyataan uang yang dipakai untuk membeli itu masih diminta dari saya, orangtuanya. Hal itu berarti masih ada hak dan wewenang orangtua untuk mengatur penggunaannya.
Ya, memang terlihat curang.
Tetapi harus dipisahkan kenyataan kalau saya seorang perokok dan orangtua. Tugas tetap tugas dan tugas orangtua adalah menjauhkan ancaman atau sesuatu yang dianggap berbahaya dari anak-anak.
2). Kalau sudah berusia 18 tahun
Bagaimana kalau sudah mencapai usia 18 tahun?
Akan banyak perdebatan. Dalam usia dimana ia sudah merasa dewasa, tentunya akan semakin sulit berbicara kalau ayahnya sendiri masih tetap melakukan sesuatu yang dianggapnya buruk. Seorang anak dengan usia yang sudah dianggap dewasa oleh hukum, tentu sadar tentang hak dan kewajibannya.
Kalau ayahnya boleh merokok, mengapa anaknya tidak boleh?
Sesuatu yang akan sulit dijelaskan.
Meskipun demikian, tawar menawar bisa dilakukan. Meskipun ia sudah berusia 18 tahun, tetapi tentunya, seperti anak Indonesia kebanyakan, ia masih akan tinggal di rumah bersama ayah dan ibunya. Biaya bersekolah pun kebanyakan masih berasal dari orangtuanya.
Oleh karena itu, saya akan menekankan, walau akan disebut curang, bahwa selama uang yang didapatnya masih berasal dari saya sebagai orangtua, maka tetap ada hak orangtua untuk mengaturnya. Ia masih harus mematuhi aturan yang ada di rumah dimana saya masih sebagai kepala keluarganya.
Like or not.
Dikatakan curang akan tetap menjadi resiko yang harus diterima dan dihadapi, mengingat saya adalah seorang perokok (mudah-mudahan saat itu sudah berhenti, jadi lebih mudah bernegosiasinya).
3) Kalau sudah berusia 21 tahun dan sudah memiliki pemasukan sendiri
Kalau anak saya diketahui merokok pada saat usia 21 tahun dan sudah memiliki pemasukan sendiri, maka yang akan saya lakukan (kalau saya masih merokok saat itu ya) adalah saya akan mengeluarkan rokok dan merokok bersamanya.
Usia dua puluh satu tahun haruslah sudah dianggap dewasa dan bisa mempertimbangkan benar atau salah, baik atau buruk dengan logika yang baik. Kematangannya sudah lebih baik dan stabil. Oleh karena itu, saya harus bisa mempercayainya dan memberikannya kebebasan dalam menentukan hidupnya sendiri.
Bad or good.
Itu adalah pilihannya. Saya harus menghormatinya.
Pernah tahu tokoh tokoh Nick Naylor yang diperankan oleh Aaron Eckhart dalam film "Thank You fr Smoking"? Kalau belum, silakan cari filmnya, bagus dan berbobot sebagai sebuah film bertema sitkom (situasi komedi) atau satire. Film ini pernah menjadi box office pada tahun 2006-2007 dan menghasilkan uang 3 kali lipat dari biaya pembuatannya.
Tokoh Nick Naylor, seorang pelobi dari industri rokok, dalam satu adegan ditanya " Apa yang akan Anda lakukan ketika anakmu minta merokok?"
Sebuah pertanyaan yang sulit dijawab, sebagai pelobi dari industri rokok besar, pertanyaannya adalah sebuah dilema. Kalau ia mencegah, maka berarti membenarkan bahwa rokok itu berbahaya bagi semua orang dan juga menempatkannya pada posisi seorang yang CURANG. Kalau dijawab mendukung, secara moral dan hukum ia akan salah karena membiarkan anak-anak di bawah umur yang berada dalam wewenangnya berdekatan dengan sesuatu yang bisa berefek buruk.
Jawabannya.
Bagaimana dengan Anda kawan? Apa yang akan Anda lakukan ketika anak anda merokok?
Bisa share disini?
Pertanyaan konyol?
Tidak juga justru sangat logis mengingat perkembangan dewasa ini. Pergaulan di tingkat anak-anak berkembang sedemikian rupa sehingga terkadang seperti lepas dari kontrol para orangtua.
Merokok adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi di kalangan remaja, bahkan anak-anak sekalipun. Atas dasar alasan inilah, pemerintah berniat menaikkan cukai untuk rokok agar harganya menjadi semakin tak terjangkau, paling tidak untuk anak-anak dan remaja.
Meningkatnya jumlah perokok pemula berusia muda memang menimbulkan kecemasan tidak terkira di kalangan orangtua. Termasuk saya, yang notabene masih seorang perokok, hingga tulisan ini dibuat.
Curang yah, saya yang seorang perokok ternyata khawatir dan sepertinya tidak mau kalau anak saya sendiri merokok.
Tak apalah. Silakan saja menyebut saya curang. Bagaimanapun, saya selain seorang perokok juga tetap orangtua dari seorang anak yang sedang beranjak remaja. Tugas dan wewenang saya adalah melindunginya dari berbagai hal yang mungkin merugikan bagi dirinya hingga saatnya ia bisa menentukan jalan hidupnya sendiri.
Apakah rokok termasuk bisa merugikan?
Perokok tidak bodoh. Mereka menyadari banyak keburukan yang bisa ditimbulkan akibat kebiasaan merokok, terutama dalam hal kesehatan. Itu sangat disadari.
Jadi, untuk sementara ini, saya tetap ikut dalam rombongan orangtua untuk ikut khawatir terhadap kemungkinan rokok memasuki kehidupan si bocah kesayangan terlalu dini.
Kata terakhir saya tebalkan karena hal itu akan menjelaskan tentang apa yang akan saya lakukan kalau anak kesayangan saya ternyata ketahuan merokok.
Apa yang akan saya lakukan kalau anak saya merokok?
Sebelum saya bertanya kepada Anda, rasanya fair kalau saya yang mengajukan topik untuk mengatakan pandangan kalau anak saya, tentunya, ketahuan merokok.1) Kalau terjadi saat sekarang
Kalau ia merokok sekarang saat usianya masih di bawah 18 tahun, maka yang akan saya lakukan adalah menegurnya. Ya menegurnya.
Kemungkinan besar, sama dengan yang akan Anda katakan, bahwa saya berbuat curang karena saya juga seorang perokok.
Tidak apa. Resiko yang harus diterima.
Justru dari situ, saya akan menjelaskan bahwa rokok itu berbahaya bagi kesehatannya. Merokok akan bisa membuat kesehatannya terganggu dan kalau tergganggu, maka masa depannya bisa terancam.
Lagipula, peraturan hukum, PP no 109/2012 menempatkan anak-anak sebagai mereka yang harus dilindungi dari bahan-bahan adiktif dimana rokok adalah salah satunya. Siapapun dilarang menjual dan memberikan secara cuma-cuma rokok kepada anak di bawah usia 18 tahun. Jadi, sesuai aturan, maka seorang anak tidak diperkenankan merokok. Ingat ya, menjadi perokok tidak membuat seseorang menjadi tidak tahu aturan.
(Baca juga : 10 Tips Menjadi Perokok Tahu Aturan)
Belum ditambah dengan kenyataan uang yang dipakai untuk membeli itu masih diminta dari saya, orangtuanya. Hal itu berarti masih ada hak dan wewenang orangtua untuk mengatur penggunaannya.
Ya, memang terlihat curang.
Tetapi harus dipisahkan kenyataan kalau saya seorang perokok dan orangtua. Tugas tetap tugas dan tugas orangtua adalah menjauhkan ancaman atau sesuatu yang dianggap berbahaya dari anak-anak.
2). Kalau sudah berusia 18 tahun
Bagaimana kalau sudah mencapai usia 18 tahun?
Akan banyak perdebatan. Dalam usia dimana ia sudah merasa dewasa, tentunya akan semakin sulit berbicara kalau ayahnya sendiri masih tetap melakukan sesuatu yang dianggapnya buruk. Seorang anak dengan usia yang sudah dianggap dewasa oleh hukum, tentu sadar tentang hak dan kewajibannya.
Kalau ayahnya boleh merokok, mengapa anaknya tidak boleh?
Sesuatu yang akan sulit dijelaskan.
Meskipun demikian, tawar menawar bisa dilakukan. Meskipun ia sudah berusia 18 tahun, tetapi tentunya, seperti anak Indonesia kebanyakan, ia masih akan tinggal di rumah bersama ayah dan ibunya. Biaya bersekolah pun kebanyakan masih berasal dari orangtuanya.
Oleh karena itu, saya akan menekankan, walau akan disebut curang, bahwa selama uang yang didapatnya masih berasal dari saya sebagai orangtua, maka tetap ada hak orangtua untuk mengaturnya. Ia masih harus mematuhi aturan yang ada di rumah dimana saya masih sebagai kepala keluarganya.
Like or not.
Dikatakan curang akan tetap menjadi resiko yang harus diterima dan dihadapi, mengingat saya adalah seorang perokok (mudah-mudahan saat itu sudah berhenti, jadi lebih mudah bernegosiasinya).
3) Kalau sudah berusia 21 tahun dan sudah memiliki pemasukan sendiri
Kalau anak saya diketahui merokok pada saat usia 21 tahun dan sudah memiliki pemasukan sendiri, maka yang akan saya lakukan (kalau saya masih merokok saat itu ya) adalah saya akan mengeluarkan rokok dan merokok bersamanya.
Usia dua puluh satu tahun haruslah sudah dianggap dewasa dan bisa mempertimbangkan benar atau salah, baik atau buruk dengan logika yang baik. Kematangannya sudah lebih baik dan stabil. Oleh karena itu, saya harus bisa mempercayainya dan memberikannya kebebasan dalam menentukan hidupnya sendiri.
Bad or good.
Itu adalah pilihannya. Saya harus menghormatinya.
Pernah tahu tokoh tokoh Nick Naylor yang diperankan oleh Aaron Eckhart dalam film "Thank You fr Smoking"? Kalau belum, silakan cari filmnya, bagus dan berbobot sebagai sebuah film bertema sitkom (situasi komedi) atau satire. Film ini pernah menjadi box office pada tahun 2006-2007 dan menghasilkan uang 3 kali lipat dari biaya pembuatannya.
Tokoh Nick Naylor, seorang pelobi dari industri rokok, dalam satu adegan ditanya " Apa yang akan Anda lakukan ketika anakmu minta merokok?"
Sebuah pertanyaan yang sulit dijawab, sebagai pelobi dari industri rokok besar, pertanyaannya adalah sebuah dilema. Kalau ia mencegah, maka berarti membenarkan bahwa rokok itu berbahaya bagi semua orang dan juga menempatkannya pada posisi seorang yang CURANG. Kalau dijawab mendukung, secara moral dan hukum ia akan salah karena membiarkan anak-anak di bawah umur yang berada dalam wewenangnya berdekatan dengan sesuatu yang bisa berefek buruk.
Jawabannya.
"Kalau ia sudah berusia 18 tahun, maka dengan senang hati saya akan memberikannya sebungkus rokok"Sebuah jawaban yang menurut saya memang sudah seharusnya. Ketika secara hukum ia sudah dianggap dewasa, maka kita pun harus menghargai apapun keputusannya tentang dirinya.
Bagaimana dengan Anda kawan? Apa yang akan Anda lakukan ketika anak anda merokok?
Bisa share disini?
EmoticonEmoticon