Terus terang membaca berbagai artikel tentang tips untuk berhenti merokok, saya kadang merasa geli sendiri. Bukan mengejek atau mencemooh tetapi banyak sekali tips tersebut seperti ditulis tidak berdasarkan pengalaman sendiri. Entah mungkin penulisnya menyadurnya dari tulisan orang lain atau berasal dari pemikiran seseorang yang tidak pernah merokok.
Terkadang naif dan tidak tepat sasaran.
Tidak tepat sasaran karena mereka hanya mempergunakan cara standar saja dengan "menakut-nakuti" para perokok tentang bahaya merokok. Mungkin karena mereka berpikir kalau data dan fakta diungkapkan, maka para perokok kemudian akan tunggang langgang meninggalkan kebiasaannya. Mungkin pula karena mereka mendasarkan tulisan mereka pada asumsi bahwa "perokok adalah orang bodoh".
Yang terakhir itu seharusnya tidak mereka lakukan karena mayoritas perokok tahu persis bahwa kegiatan yang mereka sukai itu mengandung berbagai resiko yang berbahaya. Meskipun demikian, mereka tetap melakukannya.
Bagi saya sendiri, yang masih menjadi seorang perokok hingga saat ini, asumsi-asumsi dasar yang dipakai untuk penulisan artikel tersebut sama sekali tidak mengena.
Pada dasarnya, hanya ada dua cara yang bisa membuat seorang perokok berhenti sama sekali, semuanya berinti pada satu dasar, KEMAUAN YANG KUAT.
Kemauan itu bisa ditumbuhkan dan dipaksakan, atau lahir dari diri sendiri.
Kemauan yang berasal dari pihak luar
Mirip dengan cara merehabilitasi pecandu narkoba, karena merokok juga merupakan kecanduan, harus ada "orang" atau "sesuatu" yang bisa menumbuhkan kesadaran. Mereka benar-benar harus dijauhkan dari rokok sama sekali dan tidak boleh bersentuhan dengan benda tersebut hingga kebiasaan merokoknya hilang sama sekali.Dengan kata lain kebiasaan lama harus diganti dengan kebiasaan baru.
Untuk memiliki kompleks khusus untuk rehabilitasi kecanduan merokok, tentunya jauh lebih sulit. Jumlah perokok berlipat-lipat mereka yang kecanduan narkoba.
Penerapan tehnik untuk menghadirkan kemauan berhenti merokok pada seseorang bisa dilakukan secara personal dalam lingkup yang lebih kecil.
Keluarga dapat memainkan peran sebagai lembaga rehabilitasi kecanduan merokok. Misalkan istri atau anak atau suami bisa membuat peraturan bersama untuk menjadikan rumah sebagai KAWASAN BEBAS ROKOK. Dengan ini maka ruang sang perokok dipersempit, mereka harus bersusah-susah dulu kalau mau tetap merokok.
Pasangan sang perokok, istri/suami atau anak bisa melakukan tawar menawar atau negosiasi. Misalkan "Kalau papah berhenti merokok, boleh beli mobil baru" dan sejenisnya. Dengan sistem seperti ini, sang perokok mendapatkan sebuah motivasi untuk segera berhenti merokok.
Kreatifitas dari orang-orang di sekitar perokok akan sangat berperan dalam menaklukkan hati dan menimbulkan keinginan untuk menjauhi benda tersebut. Mereka harus mau mengerti dan menyesuaikan dengan karakter sang perokok.
Yang pasti, jangan berupa omelan atau sekedar nasehat tentang bahaya merokok. Penentangan dari sang perokok justru akan semakin keras kalau hal ini dilakukan.
Kemauan dari diri sang perokok
Ini yang paling baik. Kalau memang sudah ada kemauan dari diri sang perokok, maka biasanya mereka akan berjuang dengan berbagai cara. Mulai dari membuat jadwal baru, menggantikannya dengan permen, atau banyak hal lainnya.Meskipun demikian, mereka harus tetap didampingi dan diingatkan tentang hal itu secara berkala. Godaan merokok ada dimana-mana dan tentunya harus disaingi dengan promosi kegiatan anti merokok.
Kombinasi dorongan dari dalam dan dari luar adalah yang terbaik untuk memastikan seseorang untuk berhenti merokok. Tidak ada cara yang cepat, ampuh, dan pasti seperti yang banyak ditulis. Sebuah hal yang menyesatkan sebenarnya kalau ada penulis yang menjanjikan bahwa sebuah trik bisa memastikan untuk menyetop kebiasaan merokok.
Butuh kesabaran, kesadaran, dan tentu saja kemauan extra kuat dari sang perokok dan orang-orang di sekitarnya.
EmoticonEmoticon