Saturday, November 19, 2016

Jangan Merokok di Dalam Rumah, Kasihani Keluarga Anda


Siapa yang bisa melarang seseorang merokok di dalam rumahnya sendiri? Tidak ada. Kecuali anggota keluarga yang berada di dalam rumah itu, tidak ada seorang pun yang berhak melarang seseorang melakukannya.

Tetapi, boleh kan menganjurkan? Diikuti atau tidak itu tetap hak individu, tetapi tidak ada salahnya memberitahukan bahwa kebiasaan merokok di dalam rumah, bahkan rumah sendiri sekalipun tetap mungkin menghasilkan sesuatu yang tidak diinginkan.


Bukan berarti ingin membatasi hak Anda, tetapi justru karena saya sadar tentang adanya resiko yang harus dihadapi kalau hal itu dikerjakan.

Sudah bukan sebuah isapan jempol, juga bukan hoax bahwa asap rokok mengandung banyak sekali bahan berbahaya yang bisa menimbulkan berbagai jenis kanker. Efeknya bukan hanya dirasakan oleh si perokok itu sendiri, tetapi juga dihadapi oleh orang di sekitarnya.

Kantor berita Inggris, BBC pernah menyebutkan bahwa ada lebih dari 600.000 kematian di dunia setiap tahun yang disebabkan oleh asap rokok. Yang menjadi perhatian dunia adalah karena ke 600 ribu orang ini tidak merokok, tetapi dalam keseharian, ternyata mereka sering terpapar asap rokok yang dihisap oleh orang sekitarnya. (Sumber berita : Passive smoking kills 600,000)

Sebuah angka yang besar sekali.

Hal ini menunjukkan bahwa merokok itu sendiri, walau memang dilakukan oleh seseorang, yang terkena dampaknya bukan hanya orang itu. Banyak orang lain yang kebetulan berdekatan dengannya juga iut menanggung resiko.

Mereka menjadi passive smoker atau perokok pasif istilahnya. Mereka tidak berniat mengisap rokok, tetapi terpaksa mengisapnya.


Nah, itulah mengapa, saya akan tetap menyarankan pada rekan sesama perokok untuk tidak membiasakan merokok di dalam rumah. Terutama di saat anak dan istri berada di dalamnya.

Hal itu bertujuan untuk menghindarkan orang-orang yang kita sayang tersebut dari bahaya akibat asap rokok.

Sudah diketahui bersama, bahwa ukuran ruangan sebuah rumah, di zaman serba mahal ini, seringkali kecil sekali. Terkadang luas area yang bisa dipakai pun teramat sangat sempit.

Bisa dibayangkan kalau asap rokok yang disemburkan dalam ruangan seperti itu? Asap tersebut akan seperti "menggantung" di dalam ruangan karena aliran sirkulasi yang kurang lancar. Hasilnya, sangat besar kemungkinan asap tersebut kemudian terhisap oleh anak-anak kita.

Bukan sebuah masalah kalau seorang perokok tidak terlalu peduli pada dirinya sendiri. Hidup hidup ku, jadi saya bisa melakukan sekehendak hatinya, tetapi sudah sewajarnya kita memperhatikan mereka-mereka yang kita sayangi.

Pertanyakan, bagaimana kalau anak kita yang terkena efek dari asap rokok tersebut? Tidak kah akan membuat khawatir, cemas, dan pusing sendiri?

Bagaimana dengan janji untuk menjaga dan melindungi keluarga, ketika ternyata kita sendiri justru menjadi sang penyebar bahaya?

Oleh karena itu, kawan sesama perokok. Bersikaplah sedikit waspada. Tidak sulit untuk melangkahkan kaki sebentar keluar dari rumah ke halaman atau ruang terbuka. Disana sirkulasi udara jelas lebih bebas dan kemungkinan asap tersebut terhisap oleh orang lain kecil.

Memang tidak nyaman, tetapi bukankah kita melakukannya untuk keluarga? Bukankah kita juga rela bekerja keras, yang juga tidak nyaman, demi keluarga? Mengapa kita tidak bisa melakukannya dalam hal mengatur kebiasaan merokok kita?

Daripada membuat anak dan istri beresiko terkena berbagai penyakit, saya lebih memilih untuk meluangkan waktu sejenak ke teras depan rumah ketika keinginan merokok itu datang.

Bagaimana dengan Anda?