Wednesday, October 5, 2016

Perokok Cerutu Dunia #3 : Winston Churchill

Kalau membayangkan tokoh yang satu ini dalam penerbangan di zaman sekarang, bisa terbayang repotnya para pramugari dan pramugara menghadapinya. Untungnya ia sudah tidak ada.

Sir Winston Churchill atau nama lengkapnya adalah Sir Winston Leonard Spencer-Churchill namanya.

Ia adalah Perdana Menteri Inggris pada periode 1940-1945 dan memimpin Britania Raya dalam Perang Dunia ke-2. Keberaniannya terkenal dalam menghadapi gempuran tentara Jerman di kala itu. Ia juga sempat sekali lagi menjadi PM Inggris di tahun 1951-1955.

Mengapa kalau ia masih ada staff di penerbangan komersial bisa kerepotan?

Yah, pada masa ia menjabat sebagai PM acapkali ia harus pergi ke berbagai tempat menggunakan pesawat militer. Untuk menghindari kemungkinan disergap musuh dan senjata anti pesawat udara, terkadang pesawat yang ditumpanginya harus terbang sangat tinggi.

Masalahnya, untuk itu semua orang di dalamnya, saat itu harus mengenakan masker oksigen karena udara yang menipis di ketinggian. Dan, pria kelahiran tahun 1874 ini selalu menolak.

Alasannya untuk menolak adalah karena kalau mengenakan masker, ia tidak bisa melakukan kegemarannya, merokok cerutu.

Churchill terkenal sebagai seorang yang menggemari kegiatan mengisap asap itu. Dalam sehari ia bisa menghabiskan lebih dari 10 cerutu, yang biasanya cerutu Kuba.

Bahkan, ia sempat meminta dibuatkan masker oksigen khusus yang membuatnya tetap bisa merokok selama berada di dalam pesawat.

Kegemarannya merokok tidak surut bahkan dalam pertemuan dengan tokoh pemimpin negara lain.

Dalam sebuah jamuan makan siang dengan Raja Arab Saudi di kala itu, Raja Ib'nu Saud, yang terkenal tidak mau ada yang merokok selama ia berada di acara, Churchill mengajukan argumen.

Ia berkata bahwa hal itu adalah merupakan ritualnya untuk merokok cerutu dan minum alkohol sebelum, sesudah, dan bahkan saat jeda jamuan makan.

Hasilnya, sang raja menerima argumennya dan Churchill tetap mengisap cerutunya saat bersama orang yang sangat anti rokok.

Nah, bisa dibayangkan kalau kekeraskepalaan Churchill ada dalam penerbangan komersial masa kini, yang selalu non smoking?

Pastilah kehadirannya akan membuat bingug para staff pesawat.

Tetapi, itu hanyalah andaikata saja.

Pria yang mendapat Nobel Kesusteraan pada tahin 1963 ini wafat di tahun 1965. Jadi, tidak perlu ada pramugari atau pramugara yang kebingungan karenanya.