Saturday, September 3, 2016

Wanita perokok tidak berbeda dengan perokok laki-laki, sama-sama menghisap rokok

Entah kenapa, kalau ada laki-laki membeli sebungkus rokok, pengunjung toko atau minimarket biasanya adem ayem saja. Tidak ada reaksi sedikit pun. Cuma kalau yang memesan sebungkus rokok itu, seorang wanita, langsung saja, semua mata langsung melirik kepada yang memberikan pesanan.

Padahal yang dibeli, ya sama saja, rokok. Yang berbeda paling banter mereknya saja. Kalau yang pembeli cewek biasanya lebih suka rokok dengan cita rasa mint, yang agak semriwing atau agak pedas itu.

Herannya, kenapa sampai sebegitunya, kalau wanita, perempuan, atau cewek yang berniat membeli rokok.

Adakah yang salah dengan mereka melakukan tindakan itu? Kenapa tiba-tiba semua memandang seperti melihat sesuatu yang menkajubkan? Kenapa juga tiba-tiba banyak yang berbisik-bisik tidak jelas?

Pandangan masyarakat terhadap wanita perokok

Kalau ditilik dari sejarahnya, sejak awal penggunaan tembakau dengan cara dihisap bukan hanya melibatkan kaum pria saja. Kaum wanita pun sudah ikut serta di dalamnya. Banyak dukun wanita di masa lalu menghisap tembakau persis kaum lelakinya.

Begitu pula ketika tembakau merambah Eropa beberapa abad yang lalu. Kaum wanita pun sudah ikut terpengaruh untuk mencicipinya.

Jadi, sebenarnya bukan sesuatu yang besar. Wanita sudah mengenal kegiatan menghirup asap tembakau sejak lama.

Meskipun demikian, biasanya, selain kegiatan bersifat ritual, mereka melakukannya di dalam ruang tertutup dan terpisah dari kaum laki-lakinya. Bukan karena tidak diperkenankan tetapi karena dalam banyak masyarakat, kedudukan dan kegiatan wanita agak dipisahkan dari kaum laki-lakinya.Apalagi di Indonesia dimana kedudukan wanita masih dianggap lebih rendah dari kaum pria di masa lalu.

Hasilnya, banyak tindakan mereka yang tidak terekspose ke dunia "luar".

Barulah ketika gerakan emansipasi di Indonesia mendobrak banyak kungkungan, dunia wanita yang dulunya tidak terlihat menjadi seperti ruangan yang tirainya dibuka, terlihat dari semua orang.

Masyarakat Indonesia menjadi seperti terkaget-kaget dengan apa yang mereka lihat dan kemudian membuat asumsi sendiri yang terkadang tidak sesuai dengan gambaran seutuhnya.

Salah satu yang membuat banyak lirikan terjadi kalau wanita merokok, atau sekedar membeli rokok saja adalah pandangan bahwa wanita perokok adalah wanita tidak baik. Yang sekali lagi merupakan bentuk asumsi yang kurang tepat.

Wanita perokok diidentikkan dengan wanita tidak baik

Salah satu penyebab tertanamnya pemikiran bahwa wanita perokok adalah wanita kurang baik adalah film.

Di masa tahun 1970-1980-an, banyak sekali adegan yang menggambarkan wanita sedang merokok, tetapi biasanya di tempat-tempat yang selalu diasumsikan sebagai tempat buruk, seperti night club dan kafe. Adegannya merokoknya pun terkadang didramatisir dengan minuman keras, mabuk, dan juga kegenitan ala wanita penghibur.

Hasilnya, tidak terasa, ada sebuah stigma yang melekat dalam banyak orang bahwa wanita perokok selalu identik dengan hal-hal berbau negatif. Wanita perokok akhirnya diidentikkan juga dengan semua hal negatif tersebut.

Padahal kenyataannya tidak demikian.

Banyak sekali tokoh wanita, baik politisi, bintang film hingga putri kerajaan pun merokok. Mereka bukan hanya orang baik-baik tetapi juga berprestasi, sebut saja Elizabeth Taylor, Nicole Kidman, Whoopi Goldberg, dan yang mungkin mengejutkan J.K. Rowling, sang pencipta Harry Potter juga seorang perokok. Kalau ditambah dengan Susi Pudjiastuti, Menteri Kemaritiman Indonesia, daftar wanita perokok akan semakin panjang.

Kesemuanya adalah wanita baik-baik.

Memang dewasa ini dengan perkembangan tehnologi yang semakin cepat, tirai dunia wanita semakin terbuka lebar. Mereka tidak lagi berada di belakang layar dan terpisah dari kaum prianya. Termasuk diantaranya para wanita perokok.

Sedikit demi sedikit, masyarakat sudah "menerima" atau tidak begitu terkejut lagi kalau melihat wanita merokok. Meskipun demikian sisa-sisa pemikiran masa lalu terkadang masih melekat kuat dalam diri banyak orang dan "stigma wanita perokok adalah wanita tidak baik", masih belum hilang sepenuhnya.

Wanita perokok tidak berbeda dengan pria perokok

Seperti yang dikatakan di atas, kecuali merek rokoknya tidak ada yang berbeda antara perokok wanita dan pria. Semuanya sama.

Coba  saja perhatikan

1) prinsip emansipasi, wanita memiliki hak yang sama dengan pria, termasuk diantaranya pilihan untuk merokok atau tidak

2) tidak ada aturan yang melarang wanita merokok

3) perokok wanita juga menghasilkan sampah, seperti abu dan puntung rokok. Meskipun biasanya lebih rapi, tetap saja mereka memproduksi sampah

4) wanita perokok menghisap asap rokok persis sama dengan pria perokok

5) wanita perokok bisa tahu aturan, bisa juga tidak, sama persis dengan pria yang merokok

Tidak ada yang membedakannya, selain jenis kelamin, dan mungkin jenis rokok yang diisapnya. Itu saja.

Lalu, mengapa harus memberi mereka lirikan khusus? Atau mengapa harus berbisik-bisik?  Karena pola pandang masyarakat yang masih belum bisa menempatkan mereka sama.

Itu saja masalahnya..

Bukan berarti saya mendukung wanita merokok. Justru, kalau bisa semua pria dan wanita, ya jangan merokok, berbahaya bagi kesehatan. Hanya kali ini, saya hanya mau bilang, wanita perokok itu sama dengan pria perokok, baik hak atau kewajibannya dalam hal merokok. Tidak berbeda.

Janganlah berprasangka buruk bahwa setiap wanita perokok berarti bukan orang baik hingga kita harus bergunjing setiap melihat mereka membeli rokok. Hasilnya, justru kita yang menjadi orang tidak baik karena berprasangka buruk kepada mereka.

Bukan begitu kawan?

Friday, September 2, 2016

Kalau Anak Anda Merokok, Apa Yang Anda Lakukan ?

Apa perasaan yang timbul ketika mengetahui kalau anak anda merokok juga seperti ayah atau ibunya? Tindakan apa yang akan diambil?

Pertanyaan konyol?

Tidak juga justru sangat logis mengingat perkembangan dewasa ini. Pergaulan di tingkat anak-anak berkembang sedemikian rupa sehingga terkadang seperti lepas dari kontrol para orangtua.

Merokok adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi di kalangan remaja, bahkan anak-anak sekalipun. Atas dasar alasan inilah, pemerintah berniat menaikkan cukai untuk rokok agar harganya menjadi semakin tak terjangkau, paling tidak untuk anak-anak dan remaja.

Meningkatnya jumlah perokok pemula berusia muda memang menimbulkan kecemasan tidak terkira di kalangan orangtua. Termasuk saya, yang notabene masih seorang perokok, hingga tulisan ini dibuat.

Curang yah, saya yang seorang perokok ternyata khawatir dan sepertinya tidak mau kalau anak saya sendiri merokok.

Tak apalah. Silakan saja menyebut saya curang. Bagaimanapun, saya selain seorang perokok juga tetap orangtua dari seorang anak yang sedang beranjak remaja. Tugas dan wewenang saya adalah melindunginya dari berbagai hal yang mungkin merugikan bagi dirinya hingga saatnya ia bisa menentukan jalan hidupnya sendiri.

Apakah rokok termasuk bisa merugikan?

Perokok tidak bodoh. Mereka menyadari banyak keburukan yang bisa ditimbulkan akibat kebiasaan merokok, terutama dalam hal kesehatan. Itu sangat disadari.

Jadi, untuk sementara ini, saya tetap ikut dalam rombongan orangtua untuk ikut khawatir terhadap kemungkinan rokok memasuki kehidupan si bocah kesayangan terlalu dini.

Kata terakhir saya tebalkan karena hal itu akan menjelaskan tentang apa yang akan saya lakukan kalau anak kesayangan saya ternyata ketahuan merokok.

Apa yang akan saya lakukan kalau anak saya merokok?

Sebelum saya bertanya kepada Anda, rasanya fair kalau saya yang mengajukan topik untuk mengatakan pandangan kalau anak saya, tentunya, ketahuan merokok.

1) Kalau terjadi saat sekarang

Kalau ia merokok sekarang saat usianya masih di bawah 18 tahun, maka yang akan saya lakukan adalah menegurnya. Ya menegurnya.

Kemungkinan besar, sama dengan yang akan Anda katakan, bahwa saya berbuat curang karena saya juga seorang perokok.

Tidak apa. Resiko yang harus diterima.

Justru dari situ, saya akan menjelaskan bahwa rokok itu berbahaya bagi kesehatannya. Merokok akan bisa membuat kesehatannya terganggu dan kalau tergganggu, maka masa depannya bisa terancam.

Lagipula, peraturan hukum, PP no 109/2012 menempatkan anak-anak sebagai mereka yang harus dilindungi dari bahan-bahan adiktif dimana rokok adalah salah satunya. Siapapun dilarang menjual dan memberikan secara cuma-cuma rokok kepada anak di bawah usia 18 tahun. Jadi, sesuai aturan, maka seorang anak tidak diperkenankan merokok. Ingat ya, menjadi perokok tidak membuat seseorang menjadi tidak tahu aturan.


Belum ditambah dengan kenyataan uang yang dipakai untuk membeli itu masih diminta dari saya, orangtuanya. Hal itu berarti masih ada hak dan wewenang orangtua untuk mengatur penggunaannya.

Ya, memang terlihat curang.

Tetapi harus dipisahkan kenyataan kalau saya seorang perokok dan orangtua. Tugas tetap tugas dan tugas orangtua adalah menjauhkan ancaman atau sesuatu yang dianggap berbahaya dari anak-anak.

2). Kalau sudah berusia 18 tahun

Bagaimana kalau sudah mencapai usia 18 tahun?

Akan banyak perdebatan. Dalam usia dimana ia sudah merasa dewasa, tentunya akan semakin sulit berbicara kalau ayahnya sendiri masih tetap melakukan sesuatu yang dianggapnya buruk. Seorang anak dengan usia yang sudah dianggap dewasa oleh hukum, tentu sadar tentang hak dan kewajibannya.

Kalau ayahnya boleh merokok, mengapa anaknya tidak boleh?

Sesuatu yang akan sulit dijelaskan.

Meskipun demikian, tawar menawar bisa dilakukan. Meskipun ia sudah berusia 18 tahun, tetapi tentunya, seperti anak Indonesia kebanyakan, ia masih akan tinggal di rumah bersama ayah dan ibunya. Biaya bersekolah pun kebanyakan masih berasal dari orangtuanya.

Oleh karena itu, saya akan menekankan, walau akan disebut curang, bahwa selama uang yang didapatnya masih berasal dari saya sebagai orangtua, maka tetap ada hak orangtua untuk mengaturnya. Ia masih harus mematuhi aturan yang ada di rumah dimana saya masih sebagai kepala keluarganya.

Like or not.

Dikatakan curang akan tetap menjadi resiko yang harus diterima dan dihadapi, mengingat saya adalah seorang perokok (mudah-mudahan saat itu sudah berhenti, jadi lebih mudah bernegosiasinya).

3) Kalau sudah berusia 21 tahun dan sudah memiliki pemasukan sendiri

Kalau anak saya diketahui merokok pada saat usia 21 tahun dan sudah memiliki pemasukan sendiri, maka yang akan saya lakukan (kalau saya masih merokok saat itu ya) adalah saya akan mengeluarkan rokok dan merokok bersamanya.

Usia dua puluh satu tahun haruslah sudah dianggap dewasa dan bisa mempertimbangkan benar atau salah, baik atau buruk dengan logika yang baik. Kematangannya sudah lebih baik dan stabil. Oleh karena itu, saya harus bisa mempercayainya dan memberikannya kebebasan dalam menentukan hidupnya sendiri.

Bad or good.

Itu adalah pilihannya. Saya harus menghormatinya.

Pernah tahu tokoh  tokoh Nick Naylor yang diperankan oleh Aaron Eckhart dalam film "Thank You fr Smoking"?  Kalau belum, silakan cari filmnya, bagus dan berbobot sebagai sebuah film bertema sitkom (situasi komedi) atau satire. Film ini pernah menjadi box office pada tahun 2006-2007 dan menghasilkan uang 3 kali lipat dari biaya pembuatannya.

Tokoh Nick Naylor, seorang pelobi dari industri rokok, dalam satu adegan ditanya " Apa yang akan Anda lakukan ketika anakmu minta merokok?"

Sebuah pertanyaan yang sulit dijawab, sebagai pelobi dari industri rokok besar, pertanyaannya adalah sebuah dilema. Kalau ia mencegah, maka berarti membenarkan bahwa rokok itu berbahaya bagi semua orang dan juga menempatkannya pada posisi seorang yang CURANG. Kalau dijawab mendukung, secara moral dan hukum ia akan salah karena membiarkan anak-anak di bawah umur yang berada dalam wewenangnya berdekatan dengan sesuatu yang bisa berefek buruk.

Jawabannya.

"Kalau ia sudah berusia 18 tahun, maka dengan senang hati saya akan memberikannya sebungkus rokok"
Sebuah jawaban yang menurut saya memang sudah seharusnya. Ketika secara hukum ia sudah dianggap dewasa, maka kita pun harus menghargai apapun keputusannya tentang dirinya.


Bagaimana dengan Anda kawan? Apa yang akan Anda lakukan ketika anak anda merokok?

Bisa share disini?

Tuesday, August 30, 2016

Merokok Dapat Menyebabkan Kanker Paru-Paru

Kata siapa rokok dapat menyebabkan kanker paru-paru? Jelas sekali salah pernyataan itu.

Yang benar adalah merokok dapat menyebabkan kanker paru-paru.

Sama? Tidak.

Rokok hanyalah sebuah benda mati yang tidak akan mempengaruhi manusia secara langsung. Sama seperti benda lain kalau ia tidak dipergunakan, maka tidak akan memberikan pengaruh langsung kepada manusia.

Nah, kalau merokok itu merujuk pada kegiatan membakar ujung rokok dan kemudian mengisap asapnya. Inilah yang bisa memicu kanker paru-paru.

Okelah kita abaikan sedikit permainan kata di atas. Itu hanyalah sebagai pembuka saja.

Benarkah merokok dapat menyebabkan kanker paru-paru?

Saya bukan dokter dan juga bukan peneliti. Meskipun demikian, saya bisa menyampaikan bahwa berbagai riset dan penelitian sudah dilakukan di mancanegara untuk meneliti pengaruh kebiasaan merokok terhadap kesehatan manusia.

Hasilnya membuktikan bahwa seseorang yang memiliki kebiasaan merokok memiliki peluang lebih besar untuk terkena paling tidak 14 jenis kanker, salah satunya adalah kanker paru-paru. Beberapa jenis kanker lainnya yang bisa ditimbulkan rokok, kalau dihisap, adalah kanker mulut, liver, pita suara, pankreas dan sebagainya.

Berapa besar kemungkinan perokok terkena kanker paru-paru?

Menurut Cancer Research UK, sebuah organisasi nirlaba yang gencar memerangi penyakit yang satu ini, menemukan bahwa di Inggris merokok bertanggungjawab terhadap 1 dari 4 kematian akibat kanker. Dengan kata lain 25% kematian akibat kanker disebabkan si penderita merupakan seorang perokok.

Penelitian mereka juga menemukan bahwa 4 dari 5 kasus kanker paru-paru di Inggris disebabkan karena rokok alias delapan puluh persen.

Tergantung dari sisi yang mana angka tersebut dipandang, tetapi yang jelas, para perokok memang riskan terkena penyakit tersebut. 

Silakan lihat hasil penelitian mereka di sini.


Bagaimana rokok menyebabkan kanker paru-paru?

Tentu kalau rokoknya dibakar dan dihisap. Kalau tidak Anda akan aman-aman saja.

Rokok ternyata mengandung berbagai jenis bahan kimia yang otomatis ketika dibakar dan dihisap akan melalui saluran pernafasan. Bahan-bahan kimia yang terdapat dalam rokok, seperti benzene, polonium, nitrosamines.

Bahan-bahan kimia ini akan masuk melalui saluran pernafasan dan kemudian merusak sel dan gen kunci yang berperan bagi ketahanan tubuh. Rusaknya ini akan merubah sel yang tadinya sehat menjadi potensial menjadi kanker.

Masuknya asap rokok adalah melalui mulut dan saluran pernapasan, maka bagian-bagian yang paling rentan rusak adalah yang berada di jalur tersebut. Paru-paru adalah bagian utama dari sistem pernapasan manusia dan berada di salah satu ujungnya. Oleh karena itu sel paru-paru pun menjadi rentan rusak terkena bahan kimia yang dibawa asap rokok.

Itulah mengapa kasus kanker yang paling sering terjadi pada kaum perokok adalah kanker paru-paru. 

Apakah selalu merokok menyebabkan kanker paru-paru?

Hasil penelitian seperti yang sudah diberikan linknya di atas seharusnya sudah menjawab pertanyaan ini.

Merokok "tidak" pasti menyebabkan kanker paru-paru. Masih banyak orang yang merokok tetapi tidak terkena penyakit itu. Hanya, yang harus diperhatikan bahwa peluang terkena penyakit itu membesar saat Anda merokok.

Hal itu dikarenakan, tubuh manusia pun memiliki ketahanan sampai titik tertentu kerusakan yang disebabkan oleh merokok. Tidak banyak dan tergantung pada kondisi seseorang.

Seseorang yang berusia 40 atau 50 tahun memiliki ketahanan yang lebih rendah dibandingkan yang berusia belasan atau 20 tahun. Begitu juga, orang yang tinggal di pegunungan berhawa sejuk dengan orang yang sehari-hari menghirup asap kendaraan bermotor akan memiliki ketahanan terhadap pengaruh rokok yang berbeda. Tidak sama.

Itulah mengapa tidak semua orang terkena dampak buruk dari kebiasaan merokok.

Nah, sebenarnya tidak perlu diperdebatkan apakah memang merokok dapat menyebabkan kanker paru-paru atau tidak. Berbagai hasil penelitian menunjukkan hasil yang senada. Merokok itu memang memperbesar peluang terkena kanker paru-paru.

Meskipun demikian, hal itu tidak berarti selalu atau pasti. Bukan sebuah hitungan matematis dan pasti karena masih akan dipengaruhi oleh banyak faktor lainnya.

Yang manapun yang Anda pilih, tidak akan merubah kenyataan rokok, seberapapun banyaknya tidak akan menyebabkan kanker paru-paru. Tentu dengan syarat Anda tidak membakar dan menghisapnya, kalau itu dilakukan namanya Anda merokok dan itu memperbesar peluang terkena kanker paru-paru, atau kanker lainnya.

Jawaban Perokok Terhadap Pendapat Perokok Cenderung Mati Muda atau Tidak Panjang Umur

"Perokok cenderung mati muda atau tidak panjang umur". Biasanya begitu usaha dari seseorang, entah istri, anak atau teman untuk menakuti seorang perokok.

Yang mengatakan seperti ini biasa melandaskan pada besarnya kemungkinan hadirnya penyakit dalam diri sang perokok akibat kebiasaan mengisap asap rokok. Penyakit-penyakit yang biasanya serius ini ditengarai sebagai penyebab seorang perokok jarang berumur panjang.

Jawabannya, biasanya perokok hanya tersenyum. Mereka akan memberikan berbagai contoh, yang saya wakilkan dengan dua buah foto di bawah ini saja.



Kedua foto tersebut mewakili beberapa hal

TUA : yang artinya panjang umur. Berarti berlawanan dengan pernyataan kaum anti rokok yang menyebutkan seorang perokok cenderung mati muda.

MEROKOK : mereka masih tetap merokok

Tua, merokok, dan masih hidup (tentu saja kalau sudah wafat, tidak akan bisa merokok lagi).

Itulah bantahan atau jawaban terhadap statement yang mengatakan perokok cenderung mati muda. Biasanya jawaban ini akan dikemukakan oleh para perokok kalau ada yang berusaha menakuti mereka seperti di atas.

Bagaimana Anda bisa membantah pernyataan mereka dalam hal ini?